III Historis Pembentukan ASWAJA. Ahlussunnah Wal Jamaâah (Aswaja) lahir dari pergulatan intens antara doktrin dengan sejarah. Di wilayah doktrin, debat meliputi soal kalam mengenai status Al-Qurâan apakah ia makhluk atau bukan, kemudian debat antara Sifat-Sifat Allah antara ulama Salafiyyun dengan golongan Muâtazilah, dan seterusnya.
PerbedaanSalafi Wahabi dan Salaf Aswaja NU. Jika kita mendengar kata Salafi, pikiran kita sangat mungkin akan tertuju pada Shohibul Ilmi 26 Okt / 05:55
Selamaini orang lebih merasakan kerasnya Wahabi dalam praktek-praktek keagamaan.Namun sesungguhnya, secara garis besar, dari manhaj pemikiran Wahabi, mereka juga memiliki beberapa prinsip keberagamaan yang keras. Mereka selalu menyatakan kembali kepada Al-Kitab dan as-sunnah. Prinsip ini bila dilihat dari lahirnya sungguh sangat mempesona
Namun masih sering juga orang bertanya "Apa arti dari aswaja itu?" Dalam kalimat "Ahlussunnah Wal Jamaah" kita akan menemukan 3 suku kata yaitu; ahlun, sunnah dan yang ketiga jamaah. Kemudian dari 3 suku kata inilah istilah dalam bentuk singkatan ASWAJA muncul. Kata ahlun dalam bahasa Arab ini memiliki beberapa arti diantaranya ia berarti
Ustadzini semakin tertarik dengan Ruqyah Aswaja, hingga akhirnya beliau mengundang saya kembali untuk mengadakan ruqyah masal di kampung istrinya pada hari berikutnya. Sebelum acara dimulai ustadz ini
SecaraBalaghah : Dalam ayat tersebut, kalimat tasybih Kaaf dan Mitsl menjadi satu. Jika kedua kalimat tasybih ini menjadi satu dalam konteks penafian, maka berfaedah menafikan sekecil-kecilnya penyerupaan. Tasybih yang dibuang huruf tasybihnya, maka disebut tasybih muakkad, contoh : Zaidun Asadun (Zaid adalah singa).
CiriAhlussunnah wal-Jama'ah (Aswaja) adalah sebagai berikut : Dalam perkembangan sejarah umat Islam, terdapat beberapa aspek yang membedakan ajaran Aswaja dengan kelompok lainnya. Di antara dari beberapa aspek tersebut adalah aspek politik. Hal ini dapat dimaklumi, mengingat kelompok-kelompok klasik dalam Islam pada waktu itu, yaitu
4] salafi adalah penyandaran kepada kemaâshuman secara umum (keterbebasan dari kesalahan) sehingga memuliakan seseorang, [5] penyandaran kepada salaf bertujuan untuk membedakan dengan kelompok lainnya yang semuanya mengaku bersandar pada al qurâan dan as sunnah, namun tidak mau beragama (bermanhaj) seperti
Itusuku atau bukan. Partai Pembebasan adalah organisasi politik pan-Islamis yang menganggap ideologinya sebagai ideologi Islam yang tujuannya membentuk Khilafah Islam atau negara Islam. 38 KM kearah utara dari. Apa salahnya Hizbut Tahrir. Ayo gabung mbak dengan HTI bersama berjuang untuk Islam. Sementara Kanjeng Nabi menghapus kesukuan.
Olehkarena itu, untuk sekarang ini lebih tepat apabila menyebut Pondok Pesantren Tebuireng dengan sebutan Pondok Pesantren Campuran atau Pondok Pesantren Terpadu (antara khalaf dan salaf). (2) Baik di pondok pesantren modern dan salaf, Islam yang dipahami dan diaktualkan adalah Islam yang inklusif, ramah, tidak kaku, moderat, yakni Islam yang
S5uU. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Konflik antara kelompok Aswaja dan Salafi masih terus berlanjut di Aceh. Kejadian terakhir melibatkan seorang ustadz Salafi kondang, Dr. Firanda Andirja, dimana saat mengisi pengajian di mesjid Al-Fitrah Keutapang Dua, Banda Aceh, digeruduk dan dibubarkan oleh massa yang mengaku dari kelompok Aswaja. Isu yang diangkat dalam aksi pembubaran ini masih sama seperti kejadian-kejadian sebelumnya, yaitu menolak masuknya faham Wahabi di bumi Serambi semua tentu saja menyesalkan kejadian seperti ini masih terus berulang di Aceh. Disamping mengganggu keharmonisan antar sesama umat Islam, terjadinya kerusuhan dan aksi kekerasan di dalam mesjid juga tentu saja sama sekali tidak kita inginkan. Apalagi kejadian yang melibatkan seorang ustadz kondang ini berimbas pada perdebatan yang beraroma permusuhan antara sesama umat Islam yang terus meluas dalam skala mencari siapa benar siapa salah bukanlah waktu yang tepat untuk dilakukan pada saat ini. Karena masing-masing kelompok pasti memiliki dalil pembenaran. Hal pertama yang harus kita lakukan adalah menemukan duduk permasalahan dan mencari solusi agar hal-hal seperti ini kedepan tidak kembali berulang. Mengenal Wahabi Pasca tragedi pembubaran pengajian Dr. Firanda Andirja di mesjid Al-Fitrah, dalam satu kesempatan mengajar saya bertanya kepada mahasiswa mengenai tanggapan mereka atas kejadian tersebut. Mayoritas mahasiswa mengatakan setuju, dengan alasan Wahabi merupakan aliran sesat yang harus ketika saya bertanya kepada mereka apa itu Wahabi, tidak ada satupun mahasiswa yang bisa memberikan jawaban yang tepat. Ini merupakan sebuah ironi. Kita tidak menginginkan penolakan masyarakat Aceh terhadap kelompok Salafi atau faham Wahabi didasarkan pada doktrin kebencian dan merupakan sebutan bagi orang-orang yang mengikuti faham Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, yang lahir pada tahun 1115 H 1703 M dan wafat tahun 1206 H 1792 M dalam usia 91 tahun. Beliau lahir dan besar di Najd, sebuah pedesaan gurun pasir kering yang diwarnai corak budaya Badwi, yang memiliki karakter keras dan puritan dalam Muhammad bin Abdul Wahhab kecil sempat dikirim ke Madinah dan Basrah Irak untuk menimba ilmu, namun kiblat pemikirannya bersumber dari ajaran yang dikembangkan seorang tokoh Islam yang bernama Ibnu Taimiyah. Sepulangnya dari menimba ilmu, beliau memandang telah terjadi penyimpangan agama yang besar di kampung halamannya, Najd. Menurut Hasan Ali Al-Kattani, seorang peneliti gerakan Wahabi, dalam pandangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, masyarakat Najd pada saat itu telah kembali ke masa jahiliyah pertama. Diantaranya seperti pengkultusan terhadap kuburan dan pohon-pohon, mengingkari adanya hari akhir, tidak berkomitmen dengan syariat shalat, puasa, atau zakat, serta maraknya perbuatan maksiat seperti pembunuhan, zina, dan homoseksual. Oleh karena itu, dengan semangat membara beliau memulai gerakan pemurnian Islam. Namun sayangnya, gerakan pemurnian Islam yang dipelopori oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan sejumlah pengikutnya dibarengi oleh faham pengkafiran dan dilakukan dengan cara-cara yang penuh dengan saat itu banyak yang mendukung gerakan ini, tetapi tidak sedikit pula yang menentangnya. Akhirnya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab diusir dari Najd dan lari ke daerah Dar'iyyah, yang mempertemukan dirinya dengan seorang penguasa lokal, Muhammad bin Sa'ud. Mereka mengadakan kerjasama sampai akhirnya menjadi peletak dasar bagi terbentuknya Kerajaan Saudi Arabia yang bercorak Wahabiyah sampai saat ini. 1 2 3 4 Lihat Sosbud Selengkapnya